Dari Iri ke Inspirasi: Cara Bijak Hadapi Dunia Flexing
Kamu pernah nggak, scrolling media sosial terus tiba-tiba ngerasa kayak, “Kok hidup dia kayaknya sempurna banget, ya?” Mobil baru, liburan mewah, gadget terkini—semuanya dipamerin tanpa basa-basi. Fenomena ini dikenal sebagai budaya flexing, di mana orang merasa harus memamerkan pencapaian atau barang mewah untuk menunjukkan kesuksesan mereka.
Tapi, yang nggak disadari, di balik budaya flexing ini sering muncul emosi envy (iri) atau bahkan anger (marah). Dua emosi ini jadi salah satu sorotan dalam film Inside Out 2, yang memperlihatkan bagaimana manusia—terutama generasi sekarang—mengolah emosi di dunia yang semakin didominasi oleh media sosial.
Ilustrasi Cerita: Si Lila dan Dunia Flexing
Bayangin ada seorang cewek, namanya Lila. Lila anak introvert yang cukup nyaman sama hidupnya. Tapi sejak dia aktif di media sosial, dia mulai ngerasa ada yang kurang. Temen-temennya sering banget ngepost liburan ke luar negeri, foto OOTD dengan tas,sepatu dan gadget branded, atau pamer aktivitas kegiatan sehari-hari di cafe.
Suatu hari, Lila ngerasa iri banget setelah lihat salah satu temennya pamer cincin pertunangan mewah. Dia mulai mikir, “Kok hidup gue gini-gini aja?” Iri yang dia rasain pelan-pelan berubah jadi marah—bukan cuma ke temennya, tapi juga ke dirinya sendiri.
Lila nggak sadar kalau emosi envy dan anger itu mulai mempengaruhi cara dia melihat hidupnya. Dia jadi pengen ikut flexing biar nggak ketinggalan. Padahal, yang dia lakuin bukan karena dia benar-benar mau, tapi lebih karena dia takut nggak dianggap cukup keren.
Apa Itu Envy dan Anger dalam Dunia Flexing?
Di Inside Out 2, envy dan anger digambarkan sebagai emosi yang sering muncul bersamaan.
- Envy (Iri): Perasaan iri muncul saat kita ngerasa orang lain punya sesuatu yang lebih dari kita. Di dunia flexing, envy ini makin sering muncul karena kita terus membandingkan hidup kita dengan "hidup sempurna" di media sosial.
- Anger (Marah): Setelah iri, kemarahan sering jadi emosi lanjutan. Marah karena kita merasa nggak cukup baik, marah karena merasa tertinggal, atau bahkan marah ke orang yang pamer.
Flexing vs Potensi Diri: Apa yang Sebenarnya Penting?
Budaya flexing sering bikin kita fokus ke apa yang terlihat di luar, bukan apa yang sebenarnya kita miliki di dalam. Padahal, yang lebih penting dari sekadar pamer pencapaian adalah memahami potensi diri dan memanfaatkannya untuk hal yang lebih bermakna.
Di sinilah TalentDNA bisa membantu kamu. TalentDNA bukan cuma alat buat tahu apa yang jadi kekuatanmu, tapi juga bikin kamu sadar kalau pencapaian sejati itu datang dari dalam—dari apa yang benar-benar membuatmu hidup dengan penuh tujuan.
Ilustrasi Transformasi: Lila Menemukan Dirinya Lagi
Setelah merasa terjebak di dunia flexing, Lila mulai bertanya, “Sebenernya apa sih yang bikin aku bahagia?” Dia iseng nyoba TalentDNA dan hasilnya bikin dia tercengang. Ternyata, talenta terkuat Lila adalah Empathy dan Developer—kemampuan untuk memahami orang lain dan membantu mereka tumbuh.
Dari situ, Lila sadar bahwa dia nggak perlu ikut-ikutan flexing untuk merasa berarti. Dia mulai fokus pada kekuatannya. Lila jadi relawan di sebuah komunitas sosial dan membantu anak-anak muda menemukan potensi mereka. Ketika dia menggunakan talentanya untuk hal yang benar-benar dia suka, rasa iri dan marah itu pelan-pelan hilang.
Refleksi: Kamu, Flexing, dan Potensi Diri
Media sosial memang nggak bisa kita hindari, dan flexing akan selalu ada. Tapi, kita bisa memilih bagaimana meresponsnya. Daripada tenggelam dalam envy atau anger, kenapa nggak fokus ke apa yang bikin kamu unik dan spesial?
Setiap orang punya talenta bawaan yang luar biasa. Dengan TalentDNA, kamu bisa tahu apa kekuatanmu dan gimana cara menggunakannya untuk hidup yang lebih bermakna. Kamu nggak perlu validasi dari orang lain karena pencapaian sejati datang dari diri sendiri.
Hidup dengan Tujuan, Bukan Perbandingan
Budaya flexing mungkin bikin kita iri dan marah sesaat, tapi itu nggak akan pernah memberi kepuasan sejati. Sebaliknya, menemukan dan menggunakan potensi dirimu—itulah yang akan membuat hidupmu penuh arti.
Nah, sambil mendengarkan lagunya Noah - Kupeluk Hatimu, ada lirik yang menyentuh yaitu "beri ruang untuk rindu" yang diartikan seluruh kebaikan, cinta dan harapan menghentikan waktu maka potensi terbaikmu akan terjadi.
"Hidupmu bukan tentang siapa yang terlihat lebih sukses di layar, tapi tentang bagaimana kamu memanfaatkan talenta untuk menciptakan kebahagiaan di dunia nyata."
Yuk, berhenti membandingkan dan mulai mengenali dirimu sendiri. Coba TalentDNA sekarang dan temukan potensi terbaikmu! 🚀
#TalentDNA #StopFlexingStartGrowing #PengembanganDiri #InsideOut2 #PotensiDiri
Comments
Post a Comment