"Sadar Gak? Cara Kamu Perlakukan Diri Sendiri adalah Cara Kamu Perlakukan Orang Lain! Ini Penjelasannya!"

Pernah nggak sih sadar kalau cara kamu memperlakukan diri sendiri itu mirip banget sama cara kamu memperlakukan orang lain? Misalnya: Kalau kamu sering kritik diri sendiri keras-keras, besar kemungkinan kamu juga suka nyinyirin orang lain atau kalau kamu suka nge-gaslight diri ("Ah, aku cuma lebay, nggak perlu sedih!"), bisa jadi kamu juga minim empati ke orang yang lagi down. Sebaliknya, kalau kamu bisa nerima kekurangan diri, kamu juga biasanya lebih mudah memaafkan kesalahan orang.

Nah, penasaran gak sih, kenapa bisa gitu? Yuk, simak fakta menarik ini! 




Ternyata, Ada Dua Cara Orang Menghadapi Kebahagiaannya! 
1. "Mode Chase Happiness" 
Kamu tipe yang aktif nyari kebahagiaan? Kayak punya target, "Aku harus happy hari ini!" dan langsung cari cara buat mencapainya. Misalnya, kalau kamu merasa jalan-jalan di alam bikin hati adem, ya langsung action! 

2. "Mode Overthink Happiness" 
Kalau yang ini, kamu suka self-check: "Aku happy gak sih sekarang?" Pas ternyata ngerasa sedih, malah jadi overthinking: "Aduh, kenapa ya aku gak bisa seneng padahal pemandangannya cantik banget?" 

Nah, yang bikin menarik… ternyata cara kamu ngadepin kebahagiaanmu sendiri memengaruhi cara kamu merespons orang lain yang lagi sedih! 

Kamu Tipe yang Mana? Cek Dampaknya! 

1. Kalau Kamu "Mode Chase Happiness"
Kamu tipe yang selalu "Ayo, kita cari solusi!" atau "Jangan sedih, pikirin yang happy-happy aja!" saat orang terdekat sedang down. Sikap ini sebenarnya baik—kamu ingin membantu mereka keluar dari negativity. Tapi hati-hati, bisa jadi kamu terlalu cepat mengajak mereka move on sebelum mereka benar-benar siap.

Dampaknya:
  • Positif: Kamu membantu orang lain melihat sisi terang dan tetap produktif.
  • Negatif: Bisa jadi kamu invalidation (meremehkan) perasaan mereka. Mereka mungkin butuh didengar, bukan langsung disuruh "Lupakan saja!". Contoh: Pasanganmu sedih karena dipecat, lalu kamu langsung bilang, "Santai, cari kerja lagi aja!" Padahal, mungkin dia butuh waktu untuk merasa kecewa dulu.
Solusinya coba tanya dulu, "Kamu mau cerita atau mau diajak jalan-jalan biar nggak kepikiran?" Kasih waktu buat mereka memproses emosinya, baru ajak reframe pikiran.

Kalau Kamu "Mode Overthink Happiness" 
Kamu tipe yang sering self-check, "Aku bahagia nggak ya?" atau "Kenapa aku nggak bisa senang seperti orang lain?". Nah, sikap ini sering terbawa saat menghadapi orang lain yang sedih. Kamu jadi bingung, "Harus gimana ya responnya?" atau malah bertanya, "Kenapa sih kamu sedih terus? Nggak bisa lihat hal baiknya?"

Dampaknya:
  • Positif: Kamu peduli dan ingin memahami akar masalahnya. 
  • Negatif: Kamu judgemental tanpa sadar. Orang yang sedih malah bisa merasa "Aku salah karena nggak bisa bersyukur". Contoh: Temanmu curhat tentang anxiety-nya, lalu kamu malah bilang, "Kamu tuh overthinking deh, lihat tuh hidupmu udah baik kok!"
Solusinya dengarkan tanpa menghakimi. Cukup bilang, "Aku di sini buat kamu.".  Jangan paksa mereka "cepat happy". Emosi negatif butuh waktu untuk diolah.

Fakta Menohok:bahwa orang yang terlalu keras sama diri sendiri, biasanya juga judgemental ke orang lain. Sebaliknya, kalau kamu bisa terima perasaanmu sendiri, kamu juga lebih mudah ngasih ruang buat orang lain buat ngerasa apa yang mereka rasakan. 

Lalu, Gimana Biar Lebih Baik? 
  1. Stop Self-Criticism! – Kalau kamu boleh sedih, orang lain juga boleh. Gak perlu selalu "harus happy". 
  2. Latih Empati – Semakin kamu ngertiin perasaanmu sendiri, semakin gampang juga ngertiin perasaan orang lain. 
  3. Jangan Paksa Positif! – Kadang, yang orang butuh cuma didengar, bukan disuruh "move on" cepat-cepat. 
Intinya: Perlakukan dirimu dengan baik, maka kamu juga otomatis akan lebih baik ke orang lain! "Kebahagiaan itu bukan cuma tentang diri sendiri—tapi juga tentang bagaimana kita menyikapi dunia sekitar." Gimana, kamu termasuk tipe yang mana? 

#SelfLove #MentalHealthMatters



References

Zhao, Y., Sisson, N. M., Zerwas, F. K., & Ford, B. Q. (2024). The interpersonal risks of valuing happiness: Links to interpersonal emotion regulation and close others’ mental health. Emotion (Washington, D.C.), 25(2), 488–506. https://doi.org/10.1037/emo0001443

Comments

Popular posts from this blog

Apa Itu TalentDNA? Panduan Lengkap untuk Mengenal Potensi Anda

Buah Jatuh Jauh dari Pohon?

Pahami Dirimu, Jangan Cuma Jadi 'Just Mom'! Ini Dia Pengaruh Talenta Tersembunyi yang Bikin Kamu Terjebak!